Minggu, 27 Mei 2012

KONSEP KEPEMIMPINAN JAWA




Konsep pemimpinan Jawa yang terkenal diantaranya adalah ajaran tentang Astabrata. Konsep Astabrata memberi 8 butir resep kepemimpinan yang dimetamorkan dengan kearifan alam. Kedelapan ajaran Astabrata yang bersifat kosmologis yaitu:
1.        Lakune Bantala
Batala berarti tanah. Seorang pemimpin hendaknya seperti tanah yang bisa menjadi tempat pijakan. Biji-biji tumbuh subur dalam tanah dan kemudian berbuah. Tanah ibarat sawah dan ladang yang dapat dijadikan sebagai sumber mata pencaharian.
2.        Lakune Tirta
Tirta berarti air. Seorang pemimpin hendaknya seperti air yang bisa digunakan untuk minum. Setiap makhluk hidup membutuhkan air untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Sifat air selalu berjalan ke bawah yang bermakna sikap andhap asor (tidak sombong).
3.        Lakune Maruta
Maruta berarti udara. Seorang pemimpin perlu meniru sikap angin. Disetiap ruangan pasti berisi angin yang siap dihirup oelh siapapun. Pemimpin harus siap menolong pada sesamanya kapan dan dimana saja.
4.        Lakune Dahana
Dahana berarti api. Pemimpin perlu bercermin kepada sifat api. Dalam kehidupan sehari-hari manusia senantiasa membuthkan api sebagai bahan energi. Pembakaran api yang menyala ibarat semangat pemimpin yang berkobar.
5.        Lakune Surya
Surya berarti matahari. Pemimpin bisa berkaca pada matahari yang diciptakan untuk memcarkan sinarnya. Terbut dan terbenamnya matahari dapat dijadikan pedoman untuk menentukan waktu. Matahari selalu terang terus dan terus terang.
6.        Lakune Candra
Candra berarti rembulan. Pemimpin perlu bercermin pada rembulan yang memancarkan cahaya terang, namun tetap teduh. Sinar bulan purnama selalu dengan rona keindahannya.
7.        Lakune Kartika
Kartika berarti lintang (bintang). Pemimpin hendaknya seperti bintang yang bertebaran di angkasa. Meskipun bercahaya kelap-kelip, namum mampu menghiasi alam semesta.
8.        Lakune Tejo
Tejo berarti sinar. Pemimpin hendaknya seperti cahaya yang siap menerangi alam semesta. Dalam kehidupan sehari-hari pemimpin menjadi “obor sewu ing wanci gelap mangsa kapat (obor seribu ing waktu gelap musim keempat)”, dengan melakukan “paring boga marang wong kaluwean (memberi makanan kepada orang yang kelaparan), paring payung marang wong kudanan (memberi payung kepada orang yang kehujanan), paring teken marang wong kaluayon, paring busana mara wong kawudan (memberi pakaian kepada orang telanjang)”.

Dalam serat Witaradya, Ranggawarsita memberi konsep kepemimpinan sebagai berikut.
dene utamaning nata
berbudi bawa leksana
lir berbudi mangkana
agung ngudannya paring dana
anggeganjar saben dina
lire kang bawa leksana
antepi pangandika

adapaun ketentraman seorang pemimpin
harus berbudi bawa laksana
makna berbudi demikian
murah melimpah memberi dana
ramah beranugerah setiap saat
adapun arti buwana laksana
satu kata dan perbuatan

Sumber : Buletin Udayana No. 02 TH.III Oktober 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar